Sabtu, 20 Juni 2009

KKN Profesi...I'm Coming..!!!


Tak terasa...kurang dari sebulan lagi berangkat KKN...Wah,,deg degan juga nih..gimana keadaan lokasi KKN nanti...
Tapi senangnya ketemu dengan banyak orang, apalagi berbuat sesuatu untuk masyrakat di pedesaan...Wooww....it's fun,,

Nah..katanya nih ya,,lokasi KKN tahun ini di Takalar n Bantaeng..Yah,,nggak jauh-jauh amatlah dari Makassar...lokasiku sendiri atau posko-ku belum tau...Katanya sih tanggal 24 nanti baru diumumkan...

Tapi...aku sedikit dipusingkan dengan seminar praporoposal...Gimana tidak? Pembimbingku mengharuskan aku seminar sebelum berangkat,,Hiks..hiks...Aku sama sekali belum siap...

But i'll try to do the best aja...

Okey..KKN,,I'm Coming...

Jumat, 19 Juni 2009

Sindrom Metabolik


Istilah sindroma metabolik mulai gencar didengungkan beberapa tahun belakangan ini. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya orang-orang yang mengalami kegemukan (obesitas). Seseorang dikatakan mengalami sindrom metabolik bila ditemukan sedikitnya 3 tanda, yaitu kadar trigliserida darah yang tinggi, kadar gula darah yang tinggi, kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) yang rendah dalam darah, tekanan darah tinggi dan lingkar pinggang yang besar.
Sindroma metabolik sendiri adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemia aterogenik, kadar trigliserida meningkat dan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) rendah, hipertensi, dan glukosa plasma yang abnormal.
Keadaan tersebut di atas berhubungan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu gangguan respon biologis terhadap insulin, dengan akibat kebutuhan insulin tubuh meningkat sehingga terjadi hiperinsulinemia untuk mempertahankan kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas normal. Resistensi insulin berkaitan erat dengan obesitas, khususnya dengan penimbunan jaringan lemak abdominal atau obesitas sentral, aktivitas tubuh yang berkurang, dan sebagian kecil disebabkan oleh faktor genetic.
Keadaan metabolik sindrom dimana akan memperlihatkan gejala kegemukan di perut atau obesitas sentral, meningkatnya kadar trigliserida di atas 150 mg/dL, turunnya kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) di bawah 40 mg/dL pada laki-laki dan di bawah 50 mg/dL pada perempuan, meningkatnya tekanan darah di atas 130 mm Hg sistolik dan di atas 85 mm/Hg diastolik, serta meningkatnya glukosa plasma di atas 100 mg/dL atau telah didiagnosis terkena kencing manis tipe II.
Studi IDF menyebutkan, diperkirakan 20-25 persen dari penduduk dewasa dunia mengalami sindrom metabolik. Sindrom metabolik yang tidak tertangani secara signifikan, akan menyebabkan penderita dapat terserang kencing manis tipe II serta penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular.
Sindrom metabolik sebagai masalah kesehatan terus meningkat di negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia. Sindrom metabolik adalah kumpulan gejala, yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, dan lain-lain.
Suatu penelitian di Makassar pada tahun 2002 yang memeriksa pengunjung klinik untuk pemeriksaan kesehatan rutin menemukan prevalensi sindrom metabolik sebesar 35,6%, lebih banyak pada wanita dibandingkan pria yaitu masing-masing 42,3% dan 29,8%.
Sindroma Metabolik berkaitan erat dengan obesitas, khususnya obesitas sentral. Obesitas saat ini sudah menjadi epidemik global dan prevalensinya semakin meningkat, termasuk di negara-negara sedang berkembang yang utamanya diakibatkan oleh modernisasi gaya hidup. Gaya hidup sedentaris sebagai konsekuensi negatif dari modernisasi menyebabkan penyimpangan-penyimpangan pola makan dan aktivitas fisik.
Prevalensi sindroma metabolik diperkirakan akan meningkat dalam beberapa waktu belakangan ini. Hal tersebut sangat terkait dengan perubahan pola hidup di masyarakat. Prevalensi sindrom metabolik pada populasi yang berusia 20 ‐25 tahun keatas di India sekitar 8%, dan di Amerika Serikat sebanyak 24%. Sindroma metabolik juga memiliki dampak yang buruk terhadap prognosis penyakit kardioserebrovaskuler. Penelitian Klein, dkk (2007) memperlihatkan bahwa 21,7% pasien gangguan jantung dengan sindroma metabolik akan mengalami kejadian penyakit karioserebrovaskuler (infark miokard akut, stroke, atau kematian mendadak) ulang dalam waktu pengamatan 6,7 tahun.

Lebih lanjut silahkan download: http://kewlshare.com/dl/d6bd506a36e7/GDH_dewasa_ethie.docx.html